Sebuah Catatan 77 Tahun HMI, Saatnya Kembali Ke Khittah Perjuangan

Opini40 Pembaca

Darasaksara.com – MAMUJU – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri pada 5 Februari 1947 bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1366 H, Lafran Pane bersama dengan 13 Mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jogjakarta saat itu diantaranya adalah Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Siti Zainah, Maisaroh Hilal, Soewali, Yasdi Ghozali, Mansyur Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnen, Tayep Razak, Toha Mashudi dan Bidron Hadi. Mereka dengan segala keterbatasan telah menjadi tonggak sejarah pada organisasi kemahasiswaan ini. Atas kelahirannya 2 Tahun pasca Republik Indonesia merdeka, tentu cukup beralasan jika HMI ikut merasakan suasana revolusi fisik  untuk mempertahankan kemerdekaan.

Kehadirannya di tengah suasana perlawanan fisik dan upaya diplomasi mempertahankan kemerdekaan, yang membuat tujuan awal organisasi kemahasiswaan tertua di Republik ini adalah ‘’Mempertahankan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam’’ . Sehingga spirit Kebangsaan dan Keislaman cukup mengkristal sejak kelahirannya sebagai organisasi.

Dalam perjalan panjang sejarah HMI, tak dapat disangkali bahwa setiap kadernya mampu menjawab problem kebangsaan dan ke –umatan melalui power intelektual dan spiritual. Para pendahulunya menjadikan HMI sebagai  rumah pencetak kader terbaik untuk menjawab setiap problem kebangsaan dan keumatan yang dihadapi saat itu. Seiring dengan berjalannya waktu, nampaknya ada perubahan secara drastis di tubuh Himpunan ini. Sejarah perjuangan yang ditulis dengan ‘’tinta emas’’ kerap menjadi nyanyian nostalgia semata.

77 Tahun HMI, Berbenah Atau Memilih Redup ?

5 Februari 2024 usia HMI sudah cukup matang. Melalui tangan kreatif dari kadernya, Pengurus Besar HMI secara resmi menetapkan tema ‘’ 77 TAHUN BAKTI HMI UNTUK INDONESIA’’. Membaca itu, sepertinya ada harapan besar meski masih perlu untuk dipertanyakan di tengah berbagai fakta empirik redupnya sebahagian besar potensi intelektual kader HMI.

Jika ingin bicara jujur, ada sebuah kenyataan yang harus kita telan dengan bijaksana bahwa lahirnya penyakit kronis yang tengah menggerogoti HMI saat ini. Haus akan kekuasaan dari level Komisariat hingga ke level Pengurus Besar (PB) terus tumbuh dengan subur.Faktanya, tak jarang kita menemukan terjadinya dualisme kepemimpinan di tubuh HMI semakin mengamini bahwa hasrat kuasa dan ingin menguasai kini menjadi tradisi yang dianggap biasa saja.

Menurut Indo Upe yang merupakan salah satu Alumni HMI Cabang Manakarra, tantangan organisasi disetiap zaman akan berbeda. Meski demikian sebagai kader HMI tak boleh kehilangan apa yang menjadi khittah perjuangan.

‘’ HMI sebagai organisasi kemahasiswaan, tentu harus memahami secara utuh fungsi sebagai mahasiswa terlebih harus mampu memahami peran dan tanggung jawab sebagai kader HMI. Jika hal ini tidak tertanam dalam diri kader HMI, maka tentu ini akan menjadi salah satu dari sekian banyak penyebab hilangnya daya kritis, berkurangnya social control serta seolah tak memiliki agenda perubahan yang jelas,’’ Ujar Indo Upe via WhatsAPP .

Selain itu, Alumni HMI yang kini menjadi Ketua KPU Mamuju ini melihat bahwa, HMI seolah tak memiliki kekuatan solidaritas, dimana tujuan HMI tak lagi menjadi prioritas utama,  itu dapat dilihat adanya sejumlah fakta bahwa kader mulai membentuk faksi masing – masing.

‘’ Agenda yang sifatnya konstruktif melalui tradisi intelektual seperti kajian, baca buku dan perkaderan kini mulai sunyi untuk tidak menyebut tak ada. Sehingga inilah yang membuat sejumlah kader tak lagi merasa memiliki HMI.

Dari realitas yang ada saat ini, tentu sudah saatnya kita harus kembali berbenah dengan cara menghidupkan kaderisasi  melalui kajian rutin dan memahami peran dann tanggung jawab sebagai mahasiswa sekaligus sebagai kader HMI. Upaya kembali membangun sebuah gerakan yang berkenaan tentang kondisi social yang timpang bukan berdasarkan kepentingan para elite.

‘’ HMI harus kembali punya keberanian untuk membangun nalar kritis sekalipun itu ditujukan pada alumni HMI yang saat ini berada pada posisi strategis dalam ruang birokrasi, legislatif dan lainnya,’’ kata Indo Upe.

Senada dengan itu, Asri Hamid yang juga merupakan pentolan aktivis HMI Cabang Manakarra yang penulis hubungi via WhatsApp sepertinya punya pemahaman yang sama dengan Indo Upe.

 Dia menyebut bahwa HMI harus kembali ke Khittah Perjuangan, harus kembali membaca sejarah perjuangan HMI dan membaca Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI.

Hilangnya suasana intelektual dalam tubuh HMI yang kerap kali dibangun melalui diskusi ilmiah, tradisi baca buku dan bedah pemikiran para tokoh menurutnya menjadi salah satu kemunduran dalam melakukan proses kaderisasi di tubuh organisasi hijau hitam ini.

‘’ kader HMI saat ini dalam dalam setiap ruang diskusi terkadang tidak memiliki sandaran referensii, sehinggga kita berharap kader HMI yang masih aktif di struktural Komisariat kembali membangun budaya intelektual seperti kajian Kebangsaan – Keislaman dan membaca berbagai referensi yang merupakan ciri khas HMI dimasa – masa lampau.

Membaca Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI.

Menurut Asri Hamid, mengapa penting kembali membaca AD/ART HMI, agar dalam menjalankan roda organisasi itu berdasarkan aturan yang telah ditetapkan. Sebab tak dapat dipungkiri, saat ini sebahagian kader HMI dalam membawa organisasi cenderung  berdasarkan dengan keinginan personalitas, berdasarkan instruksi senior meskipun harus melabrak aturan yang ada.

Fakta lain yang menjadi perhatian Alumni HMI Cabang Manakarra yang kini berada di Devisi Hukum Dan Pengawasan KPU Mamuju  adalah terjadinya kemandekan regenerasi kepemimpinan di tubuh HMI. Sementara, dalam AD/ART HMI jelas diatur masa kepemimpinan Ketua Umum Cabang hanya 1 Tahun, kemudian diperpanjang 6 bulan apabila program kerja belum selesai.

‘’ Kita kerap tertinggal jauh dengan organisasi kemahasiswaan di luar HMI, dimana mereka telah berkali – kali melakukan regenerasi kepemimpinan. Sementara , di HMI  tak jarang kita bisa melihat masa kepemimpinan di  level Cabang melampaui level Pengurus Besar (PB). Hal ini karena tidak adanya upaya menanamkan dalam diri aturan main dalam berorganisasi yang termaktub dalam AD/ART.

Selain regenerasi kepemimpinan, HMI harus Back To Campus merebut posisi strategis seperti organisasi intra kampus. Sebab disadari atau tidak, eksistensi HMI saat ini tidak mampu mewarnai bahkan cenderung redup di kampus – kampus yang ada sehingga sangatlah wajar jika ada stagnasi dalam rekruitmen calon – calon kader.

Sederet fakta kemunduran  di tubuh HMI, bagi mahasiswa jebolan Fakultas Hukum Universitas Tomakaka (UNIKA) Mamuju ini, harus ada komitmen untuk membenahi HMI termasuk pada suksesi kepemimpinan di organisasi, dimana harus ada Visi Misi yang jelas.

‘’ Harus ada komitmen bersama, dimana  setiap Konfercab tidak boleh lagi ada dualisme, kita perlu menciptakan politik yang ideal sebagai upaya membuat sejarah,  Jika perlu harus melakukan pra Konfercab terlebih dahulu yang didalamnya ada fakta integritas semua yang memantaskan diri untuk memimpin HMI di level  Cabang, harus bersepakat membentuk satu forum bersama.

‘’Diakhir diskusi via telepon dengan penulis, Asri menitip pesan bahwa HMI harus kembali memperjuangkan kaum proletariat, HMI harus menunjukkan secara tegas keberpihakannya pada kaum tertindas, spirit gerakan perjuangan melalui parlemen jalanan (aksi demonstrasi) harus berdasarkan kajian yang matang bukan pesanan kepentingan senior.

Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang semestinya menjadi lokomotif pergerakan HMI, tak boleh dicemari dengan nilai pragmatisme yang justru akan semakin membuat HMI redup untuk tidak menyebut padam.

Dari sekian alumni HMI di Mamuju yang coba penulis hubungi via WhatsAPP pada momentum Dies Natalis ke 77 ini yang jatuh pada tanggal 5 Februari 2024, tentu masih banyak yang memiliki perspektif serta gagasan yang konstruktif demi mewujudkan apa yang menjadi tujuan HMI. Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI sebagai pandangan dunia dalam mengejewantahkan realitas, tentu harus selalu relevan dengan kondisi zaman agar pengabdian tak hanya berakhir lewat Twibbon Ucapan.

Selamat Milad HMI yang 77 Tahun, Berbenahlah ***

Mamuju, 5 Februari 2024

Riadi Syam

Komentar